Jakarta, Muslimedianews.com ~ Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama mempertanyakan dasar pemberhalaan praktik ziarah kubur di makam
para wali. Dengan menyebut makam wali sebagai berhala, Ditjen Pendis
Kemenag dalam buku guru SKI Kelas VII MTs Kurikulum 2013 sudah seharusnya mempertanggungjawabkan pijakan argumentasinya.
Rais
Syuriyah PBNU KH Saifuddin Amsir meminta Kemenag mengeluarkan
klarifikasi dan pernyataan permohonan maaf secara terbuka atas
keteledorannya.
“Di mana letak pemberhalaan ziarah kubur?” Kiai Saifuddin menuntut penjelasan Kemenag, Rabu (17/9/2014) pagi.
Orang-orang
yang berziarah ke makam orang tuanya, para guru dan kiai, orang-orang
saleh, para wali hingga makam Rasulullah Saw, hakikatnya mengikuti
perintah Rasulullah sendiri. Kiai Saifuddin menyitir hadits Nabi
Muhammad Saw, ‘Ala fazuruha. Liannaha tudzakkirukumul mauta’ (Ingat,
berziarahlah. Karena, ziarah kubur itu akan mengingatkanmu pada
kematian).
“Jadi kalau Nabi yang menyuruh orang ziarah untuk
mengingat kematian, kok malah disamakan dengan penyembahan berhala?
Musyrik? Apanya yang musyrik? Yang musyrik itu orang yang mempertahankan
sesuatu selain Allah,” kata Rais Syuriyah PBNU yang aktif mengajar
kitab kuning di puluhan masjid di Jakarta kepada NU Online.
Kiai
Saifuddin menantang pihak Kemenag untuk musyawarah perihal argumentasi
pernyataan itu. “Saya pengen banget lihat tampang orang Kemenag yang
sok-sok begitu, yang ngomongnya ngaco. Kalau mereka bisa meruntuhkan
argumentasi kesunahan ziarah kubur, saya akan membayar mereka.” (Alhafiz
K)
Sumber nu.or.id